Kamis, 21 Januari 2010

Ancaman dari Laut

Sementara ikan dielu-elukan sebagai bahan makanan sarat manfaat, hasil laut bercangkang, seprti udang dan kerang, justru mempertinggi risiko diabetes tipe 2, tulis Dr. Nita dari Addenbrooke’s Hospital, University of Cambridge, di jurnal Diabetes Care edisi Oktober 2009. Ia mencatat porsi hasil laut bercangkang, ikan putih - seperti kod - dan ikan berminyak – seperti salmon dan makarel – yang dimakan oleh 9.801 laki-laki dan 12.183 perempuan per minggu.


Responden yang memakan minimal satu porsi ikan putih atau ikan berminyak per minggu memiliki risiko diabetes tipe 2 yang 25% lebih rendah dibandingkan responden yang makan dalam jumlah lebih sedikit. Responden yang mengasup hasil laut bercangkang minimal seporsi seminggu memiliki risiko diabetes tipe 2 yang 36% lebih tinggi.

Forouhi menambahkan, mungkin bukan hasil laut bercangkang yang menyebabkan peningkatan risiko tersebut, tetapi cara memasak dan penyajiannya.


Sumber  : Health Today

Sabtu, 09 Januari 2010

6 Posisi Tidur yang Mencerminkan Kepribadian Anda


Penulis : Ikarowina Tarigan

APAKAH Anda tidur terlentang, tengkurap atau menghadap ke samping? Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan Chris Idzikowski, direktur Sleep Assessment and Advisory Service, posisi tidur sangat berkaitan dengan kepribadian. Posisi tidur diyakini sebagai bahasa alam bawah sadar tubuh yang menggambarkan sifat-sifat manusia. Selain itu, posisi tidur tertentu, dinyatakan baik bagi kesehatan, namun ada juga yang memicu mimpi buruk. Bagimana dengan Anda? Berikut 6 posisi tidur paling umum yang bisa membantu Anda mengenali kepribadian dan memilih posisi yang baik bagi kesehatan.

Fetal position (51%)
Posisi ini digambarkan sama seperti janin dalam kandungan, tidur menggulung diri, menghadap ke samping sambil memeluk bantal. Posisi ini merupakan posisi tidur yang paling populer. Sekitar 51% perempuan dalam studi tersebut tidur dengan posisi ini.

Berdasarkan studi, mereka yang tidur dengan posisi tidur seperti ini cenderung pemalu dan sensitif, meskipun mereka terlihat tangguh dari tampilan luarnya.


Soldier Position (8%)
Tidur terlentang pada punggung dengan tangan diletakkan di samping tubuh. Menurut studi, posisi ini menggambarkan kepribadian yang pendiam dan termasuk orang yang menetapkan standar-standar pencapaian yang tinggi.

Starfish Position (5%)
Tidur terlentang pada punggung dengan tangan dan kaki terulur keluar. Berdasarkan studi, posisi ini menggambarkan seseorang yang bisa menjadi pendengar yang baik dan bisa berteman dengan mudah, tetapi tidak suka menjadi pusat perhatian.

Freefall Position (7%)
Tidur telungkup dengan lengan berada di kepala atau telinga. Posisi ini menggambarkan tampilan luar yang ceroboh dan suka berteman tapi sebenarnya mudah cemas dan sensitif terhadap kritikan.

Log Position (15%)
Tidur menghadap ke samping dengan kaki terjulur keluar dan lengan berada di samping tubuh. Posisi ini merepresentasikan kepribadian yang suka dan mudah bergaul.

Yearner Position (13%)
Hampir sama dengan log position, tapi dengan tangan yang terjulur keluar. Posisi ini menggambarkan kepribadian yang penuh curiga dan sinis.


Manakah yang lebih baik bagi kesehatan?
Menurut profesor Idzikowski, freefall position bisa membantu pencernaan. Sedang starfish dan soldier sleeping positions cenderung menyebabkan tidur mendengkur dan tidur yang tinyak nyenyak.

Bisakah Anda mengubah posisi tidur?
Bisa, tetapi menurut Idzikowski, ini agak sulit sama seperti sulitnya mengubah kepribadian. Menurut dia, kurang dari 5% orang yang tidur dengan posisi berbeda setiap malam.



Bahaya Tidur Telentang!

Menurut penelitian yg dilakukan para Profesor ahli dari Jepang selama hampir 20 tahun akhirnya mereka mengumumkan keputusan yang sangat mengejutkan kita semua tentang cara kita tidur selama ini. Ternyata tidur telentang sangat tidak dianjurkan sama sekali oleh para peneliti dari Jepang.

Berikut kutipan dari Prof. Dr. Yosihiro:

“Kalo tidur jangan sekali kali dengan posisi TELENTANG!! Karena tidur TELENTANG itu bisa mengganggu kesehatan Anda. Beberapa survei telah dilakukan dan menghasilkan bukti yang akurat.”

Orang-orang yang tidur TELENTANG akan mengalami gejala-gejal sebagai berikut:
1. Susah bernafas
2. Tersedak
3. Pencernaan terganggu
4. Yang paling fatal dapat menyebabkan KEMATIAN!!

Oleh karena itu, disarankan agar Anda menghindari tidur TELENTANG. Sebab jangankan tidur TELEN TANG, TELEN BAUT saja susahnya setengah mati……

Jadi disarankan cukup tidur TELEN LIUR aja ya..hehehe



Kamis, 24 Desember 2009

Brief

Jalan kaki, Resep Anti Pikun

Bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas, cukup berjalan kaki secara teratur atau melakukan olahraga intensitas sedang dapat mengurangi resiko penurunan fungsi otak, bgitu menurut sebuah studi di Italia dalam jurnal Neuorology.

Vascular dementia adalah bentuk demensia terumum kedua setelah Alzheimer. Menurunnya fungsi otak karena vascular dementia menyebabkan kepikunan, yang membuat susah pada orang tua sekaligus keluarga mereka.




Teh Hijau Mengurangi Risiko Kanker Prostat




Begitu banyak penelitian mengenai manfaat teh hijau. Salah satu yang terbaru melaporkan, minum 5 cangkir teh hijau sehari dapat mengurangi risiko berkembangnya kanker prostat hingga 50%, begitu menurut sebuah studi di Jepang yang dilaporkan pada jurnal the American Journal of Epidemiology.

Hasil ini diperoleh tim riset dari departemen kesehatan Jepang yang meneliti 49.920 orang pria berusia 40-69 tahun dari tahun 1990-1993, dan terus mengamati kesehatam mereka hingga tahun 2004, tulis National Cancer Centre.


Aspirin Tidak Mencegah DVT

Selama penerbangan lima jam atau lebih, ada kemungkinan terjadinya penggumpalan darah di kaki yang berbahay (deep vein thrombosis atau DVT). Aspirin tidak bisa membantu. Hal ini umumnya terjadi di pembuluh nadi, bukan di uratnya, menurut Mayo Clinic.

Perbanyak minum dan olahragakan kaki dengan melenturkannya atau tekuk-tekuk kaki anda, atau dengan berjalan-jalan di lorong. Mereka dengan risiko yang lebih tinggi sebaiknya minta tempat duduk yang dekat dengan sehingga bisa bangun dan jalan-jalan lebih sering, atau pilih tempat duduk di kelas bisnis atau kelas satu sehingga lebih banyak ruangan untuk kaki.






Sumber : Health Today

Rabu, 23 Desember 2009

Intermezzo

IMPORTANT FACT
Mereka yang terbiasa mendengkur mesti waspada karena memiliki kecenderungan untuk mengidap bronkhitis kronis, menurut sebuah studi yang dilakukan oleh para periset dari Korea University Ansan Hospital terhadap 4.279 orang sejak tahun 2001.
Penelitian dilaporkan dalam Jounal of the American Medical Association's Archive of Internal Medicine.

WORTEL
Wortel tak hanya lezat dibuat untuk sup. Kandungan beta karoten di dalam wortel bisa membantu meningkatkan fungsi paru-paru seiring bertambahnya usia. Beta karoten adalah komponen antioksidan yang member warna jingga dan kuning pada makanan. Fungsi paru-paru secara alami mulai mengalami penurunan pada penghujung usia 20-an, tapi pola makan sehat bisa membantu paru-paru tetap ‘muda’.



 
 
 
Sumber : Health Today

KANKER CERVIKS

Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina. Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV).

EPIDEMIOLOGI

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut (Xavier,2002).

Di Indonesia, insiden kanker serviks diperkirakan kasus pertahun dan masih merupakan kanker perempuan yang tersering. Mortalitas kanker serviks masih tinggi karena terdiagnosis pada stadium invasif lanjut bahkan terminal (Suwiyoga,2006). Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Anonim, 2006).

Kanker serviks yang terjadi akibat adanya infeksi Human papilloma virus (HPV) paling sering adalah pada usia 18-30 tahun (30-50%) yaitu beberapa tahun setelah melakukan aktivitas seksual; menurun tajam setelah usia 30 tahun (Suwiyoga,2006).


ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda

2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.

3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.

4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks

5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.

6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.

7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Anonim, 2009).

PATOFISIOLOGI
1. Perubahan Fisiologik Epitel Serviks

Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar, kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi (Sdjamsuddin, 2001).

2. Perubahan Neoplastik Epitel Serviks

Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker (Sdjamsuddin, 2001).


DETEKSI KANKER SERVIKS

  1. IVA

  2. Pap Smear

  3. Thin prep

  4. Kolposkopi

  5. Kolpomikroskopi

  6. Biopsi

  7. Konisasi

  8. Radiologi

  9. Tes schiller


STADIUM PADA KANKER SERVIKS





Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan apa yang akan diambil. Biasanya pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa: gambaran radiologi, pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI.

(1) Stadium 0

Kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
(2) Stadium I
Kanker hanya terbatas pada serviks
Ia : Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basah dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib : Lesi invasif > 5 mm, bagian atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.

(3) Stadium II
Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
IIa : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor
IIb : Penyebaran hanya ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding

(4) Stadium III
Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul
IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal / hidronefrosis.

(5) Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat , seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain di dalam tubuh, seperti paru-paru, hati atau tulang.
IVa : Telah bermetastasis ke organ sekitar
IV b : Telah bermetastasis jauh.

PENATALAKSANAAN

Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:

  1. histerektomi

  2. radiasi

  3. kemoterapi.

KEMOTERAPI
Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan (Anonim, 2008).

Regimen BIP (Bleomisin, ifosfamide, cisplatin)

(1) Dosis:
Bleomisin 30000 U (ekuivalen dengan 30 mg) IV pada hari pertama
Ifosfamide 5000mg/m2+mesna 4500mg/m2 dalam infus iv continyu setelah hari kedua dan ketiga
Mesna 1000mg IV bolus di prioritaskan pada awal pemberian infus ifosfamide
Mesna 1000mg/m2 IV setelah 8 jam setelah infus ifosfamide selesai
Cisplatin 50 mg/m2 IV pada hari ke-2

a. Ifosfamide dan mesna
Pemberian mesna di gabungkan dengan ifosfamide, untuk mencegah toksisitas urotelial (hemorogik sistitis) yang dapat disebabkan metabolit acrolein dari obat.mesna diberikan pertama dalam bentuk bolus iv yang diikuti 18 jam infus mesna+ifosfamide., kemudian diikuti 8jam infus mesna saja. Penjadwalan ini didesain untuk memastikan jumlah mesna yang adekuat di saluran kemih pada periode akir ketika metabolit ifosfamid muncul di urine. Oleh karena itu infus mesna tidak boleh dipercepat untuk mempercepat terapi.

b. Bleomisin
Diberikan dalam 2L saline selama 24 jam. Infus jangka panjang meningkatkan efikasi dari obat ini. Pengurangan volume cairan yang diberikan tidak diizinkan, untuk menjaga prehidrasi pada terapi dengan cisplatin.

c. Cisplatin
Diberikan dalam infus 1L saline selama 2 jam, setelah prehidrasi dengan 2L salin ( dalam dosis bleomisin), dan diikuti post hidrasi yang intensif. Cisplatin bersifat nefrotoksik, hidrasi digunakan untuk melarutkan obat yang di ekskresikan lewat ginjal untuk meminimalkan toksisitas. Tujuan dari hidrasi ini untuk menjaga urine output 100ml/jam setelah 6-8 jam penggunaan cisplatin. Manitol diberikan untuk memastikan output urine tidak berkurang. Elektrolit ditambahkan untuk mengkompensasi efek cisplatin yang boros elektrolit.

(2) Lama siklus: 21 hari
(3) Jumlah siklus: 6
(4) Efek samping:
Penekanan pertumbuhan tulang (semua kimia darah terpengaruh), alopecia total, sistitis hemoragik yang dapat menyebabkan fibrosis saluran kemih, ensepalopati selama periode terapi, nefrotoksisitas, fibrosis paru, muntah (parah), neuropati saraf sensorik, motorik dan otonom (kadang bersifat irreversibel) termasuk potensi ototoksisitas, mukositis dan rigor.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2005, Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2006, Bahaya Kanker Serviks Bagi wanita, available at http://www.kesrepro.info/.
Anonim, 2006, Kanker Leher Rahim, available at http://id.medicastore.com/
Anonim, 2009, Kanker Leher Rahim, available at http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_leher_rahim
Anonym, 2009, Ca. Serviks, available at http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/ca-serviks/
Anonym, 2009, Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita, available at http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html
Anonim, 2009, Kolposkopi, available at http://onkologi.husadabunda.com/archives/3
Anonim, 2008, Gambaran Umum Kanker Serviks / Leher Rahim, available at http://masdanang.co.cc/?p=13

Sjamsuddin, S., 2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 133:10
Suwiyoga, I.K., 2006, Tes Human Papillomavirus Sebagai Skrining Alternatif Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 151: 29

Xavier Castellsagué, M.D., F. Xavier Bosch, M.D., Nubia Muñoz, M.D., Chris J.L.M. Meijer, Ph.D., Keerti V. Shah, Dr.P.H., Silvia de Sanjosé, M.D., José Eluf-Neto, M.D., Corazon A. Ngelangel, M.D., Saibua Chichareon, M.D., Jennifer S. Smith, Ph.D., Rolando Herrero, M.D., Victor Moreno, M.D., Silvia Franceschi, M.D , 2002, Male Circumcision, Penile Human Papillomavirus Infection, and Cervical Cancer in Female Partners, The New England Journal of Medicine, 346(15): 1105

PUBERTAS PREKOKS

Di Amerika Serikat dan batasan universal, pubertas normal pada sebagian besar kasus berlangsung pada umur 8-13 tahun pada anak perempuan, dan 9-14 tahun pada anak laki-laki. Usia saat terjadinya pubertas sangatlah bervariasi.

Pada anak perempuan masa pubertas ditandai dengan perubahan telarke (pertmbuhan payudara) yang berlangsung 1-2 tahun, lalu diikuti oleh menarke (haid). Umumnya menarke muncul pada usia 12-14 tahun. Pada anak laki-laki tanda pertama pubertas adalah pertmbuhan testis, kemudian diikuti munculnya rambut pubis.

Banyak factor yang dapat mempengaruhi awitan pubertas. Faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan pubertas antara lain etnik, sosial, psikologis, nutrisi, fisik dan penyakit kronis. Semua factor di atas dapat mempengaruhi kecepatan proses tumbuh kembang pubertas.

Di bagian IKA FKUI/RSCM dari tahun 1990-1993 tercatat sebanyak 41 pasien pubertas prekoks, yang terdiri dari 36 anak perempuan dan 5 anak laki-laki. Dan catatan medis bagian IKA FKUI/RSCM tahun 1990-1994, menunjukkan jumlah kasus pubertas prekoks terus meningkat dari tahun ke tahun. Dengan adanya peningkatan kasus-kasus tersebut, kita dihadapkan pada tantangan dalam menghadapi berbagai kasus yang mungkin timbul, baik dalam diagnostic maupun penatalaksanaan.

PUBERTAS PREKOKS

Pubertas adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa, yang merupakan suatu tahap dalam proses tumbuh kembang. Perubahan fisik selama pubertas terjadi sekunder akibat perubahan endokrinologis yang berlangsung saat pubertas. Perubahan endokrinologis merupakan suatu tahap dari proses yang berlangsung sejak fetus an berlanjut selama pubertas untuk pencapaian maturasi seksual yang lengkap dan fertilitas.

Pubertas prekoks ialah perkembangan cirri-ciri seks sekunder yang terjadi sebelum usia 8 tahun pada anak perempuan atau sebelum usia 9 tahun pada seorang anak laki-laki. Batasa ini menjadi pedoman yang disepakati.


ETIOLOGI
Pubertas prekoks pada perempuan lebih sering terjadi dan gejalanya lebih ringan dibanding pada anak laki-laki.
Pubertas prekoks sejati (komplit) adalah yang disebabkan oleh aktivitas yang premature dari poros hipotalamus-hipofisis. Sedangkan jika terdapat sekresi gonadotropin ektopik pada anak laki-laki atau terjadinya sekresi steroid seks autonom pada kedua jenis kelamin maka diagnosisnya adalah pubertas prekoks tidak lengkap.
Di bawah ini adalah etiologi pubertas prekoks sejati menurut Sizonenko :

• Tumor intracranial
• Malformasi congenital
• Pascainfeksi
• Penyakit lain
• Idiopatik

Pada dasarnya konsep paparan hormone yang paling sering digunakan untuk menjelaskan penyebab kejadian Pubertas Prekoks pada anak-anak. Sebuah penelitian pernah menyatakan bahwa seorang anak perempuan yang gemuk atau memiliki body mass index (BMI) obesitas seringkali menunjukkan ciri-ciri fisik terjadinya pubertas dini. Penelitian lain mengungkapkan zat Bisphenol-A (BPA) yang merupakan bahan baku pembuatan barang-barang dari plastik dan sering digunakan oleh bayi maupun anak kecil (dot atau botol) dapat menstimulus peningkatan kadar hormon estrogen yang pada akhirnya dapat memicu terjadinya Pubertas Prekoks.

FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kejadian pubertas prekoks meliputi :
• Jenis kelamin perempuan.
• Ras Afrika-Amerika.
• Mengalami Obesitas.
• Terpapar hormone seksual (kosmetik ataupun makanan).
• Sedang mengidap suatu penyakit genetic ataupun gangguan metabolik. Pubertas prekoks banyak ditemui pada pasien dengan sindrom McCune-Albright atau Hiperplasia Adrenal Kongenital, yaitu suatu kondisi perkembangan abnormal dari produksi hormone androgen pada laki-laki. Pada kasus yang jarang, Pubertas Prekoks memiliki hubungan dengan kejadian hipotiroidism.

PATOFISIOLOGI
Secara sederhana, gambaran perjalanan kasus Pubertas Prekoks diawali produksi berlebihan GnRH yang menyebabkan kelenjar pituitary meningkatkan produksi hormone luteinizing (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH). Peningkatan jumlah LH menstimulasi produksi hormone seks steroid oleh sel Leydig testis atau sel granul ovarium. Peningkatan kadar androgen atau esterogen menyebabkan fisik berubah dan mengalami perkembangan dini meliputi pembesaran penis dan tumbuhnya rambut pubis pada anak laki-laki dan pembesaran payudara pada anak perempuan, serta mendorong pertumbuhan badan. Peningkatan kadar FSH mengakibatkan pengaktifan kelenjar gonad dan akhirnya membantu pematangan folikel pada ovarium dan spermatogenesis pada testis.





Poros Hormon Pubertas

KLASIFIKASI
Sizonenko (1993) membagi pubertas prekoks menjadi 3 golongan, yaitu :
• Pubertas prekoks sejati (sentral)
• Pseudopubertas prekoks
• Pubertas prekoks parsial (tidak lengkap)

Patologi pubertas sejati dan pseudopubertas prekoks harus dibedakan dari pubertas prekoks parsial. Styne menyusun klasifikasi pubertas prekoks sebagai berikut :
• Complete (true) precocious puberty
• Incomplete precocious puberty Males and Females
• Sexual precocity due to gonadotropin or sex steroid exposure
• Variation in pubertal development

TERAPI
Tujuan terapi pada puberetas prekoks adalah untuk menghilangkan penyebabnya. Pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak dapat diketahui atau dihilangkan, sehingga pengobatannya bersifat simtomatis dan suportif saja. Tujuan pengobatan menurut Sutan Assin adalah sebagai berikut :

 Menangguhkan dan mengurangi kemajuan perkembang seksual sampai umur yang sesuai (pubertas normal).
 Mencegah penutupan epifisis sebelum waktunya dan terjadinya manusia dewasa dengan perawakan pendek.
 Menghilangkan penyebab lainnya, missal tumor, infeksi, pemakaian hormone seks, dll.
 Penanganan aspek psikologis dan sosial.

Terapi yang diberikan dapat berupa operatif, medika mentosa, maupun suportif. Terapi medika mentosa antara lain :

 LHRH Agonis
 Medroksi Progesteron Asetat (MPA)
 Siproteron Asetat
 Ketokonazol
 Testolakton
 Spironolakton





Sumber : MU