Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina. Kanker serviks atau disebut juga kanker leher rahim adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV).
EPIDEMIOLOGI
Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang. Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut (Xavier,2002).
Di Indonesia, insiden kanker serviks diperkirakan kasus pertahun dan masih merupakan kanker perempuan yang tersering. Mortalitas kanker serviks masih tinggi karena terdiagnosis pada stadium invasif lanjut bahkan terminal (Suwiyoga,2006). Menurut data Departemen Kesehatan RI, penyakit kanker leher rahim saat ini menempati urutan pertama daftar kanker yang diderita kaum wanita Indonesia. saat ini ada sekitar 100 kasus per 100 ribu penduduk atau 200 ribu kasus setiap tahunnya Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat. Selain itu, lebih dari 70 persen kasus yang datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut (Anonim, 2006).
Kanker serviks yang terjadi akibat adanya infeksi Human papilloma virus (HPV) paling sering adalah pada usia 18-30 tahun (30-50%) yaitu beberapa tahun setelah melakukan aktivitas seksual; menurun tajam setelah usia 30 tahun (Suwiyoga,2006).
ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
2. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks (Anonim, 2009).
PATOFISIOLOGI
1. Perubahan Fisiologik Epitel Serviks
Epitel serviks terdiri dari 2 jenis, yaitu epitel skuamosa dan epitel kolumnar, kedua epitel tersebut dibatasi oleh sambungan skuamosa-kolumnar (SSK) yang letaknya tergantung pada umur, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SSK terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin. Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli dan SSK baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi (Sdjamsuddin, 2001).
2. Perubahan Neoplastik Epitel Serviks
Proses terjadinya kanker serviks sangat erat hubungannya dengan proses metaplasia. Masuknya mutagen atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini biasanya terjadi di SSK atau daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV) memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker (Sdjamsuddin, 2001).
DETEKSI KANKER SERVIKS
IVA
Pap Smear
Thin prep
Kolposkopi
Kolpomikroskopi
Biopsi
Konisasi
Radiologi
Tes schiller
STADIUM PADA KANKER SERVIKS
Stadium kanker merupakan faktor kunci yang menentukan pengobatan apa yang akan diambil. Biasanya pemeriksaan yang dilakukan dapat berupa: gambaran radiologi, pemeriksaan seperti X-Ray, computerized tomography (CT) Scan atau MRI.
(1) Stadium 0
Kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan serviks.
(2) Stadium I
Kanker hanya terbatas pada serviks
Ia : Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik kedalamannya > 3 – 5 mm dari epitel basah dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
Ib : Lesi invasif > 5 mm, bagian atas lesi < 4 cm dan > 4 cm.
(3) Stadium II
Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
IIa : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrat tumor
IIb : Penyebaran hanya ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
(4) Stadium III
Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina.
IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul
IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal / hidronefrosis.
(5) Stadium IV
Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat , seperti kandung kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain di dalam tubuh, seperti paru-paru, hati atau tulang.
IVa : Telah bermetastasis ke organ sekitar
IV b : Telah bermetastasis jauh.
PENATALAKSANAAN
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan la njutan (tim kanker / tim onkologi). Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien kanker serviks, tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga cara yaitu:
histerektomi
radiasi
kemoterapi.
KEMOTERAPI
Jika kanker menyebar luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan keuntungan yang memuaskan (Anonim, 2008).
Regimen BIP (Bleomisin, ifosfamide, cisplatin)
(1) Dosis:
Bleomisin 30000 U (ekuivalen dengan 30 mg) IV pada hari pertama
Ifosfamide 5000mg/m2+mesna 4500mg/m2 dalam infus iv continyu setelah hari kedua dan ketiga
Mesna 1000mg IV bolus di prioritaskan pada awal pemberian infus ifosfamide
Mesna 1000mg/m2 IV setelah 8 jam setelah infus ifosfamide selesai
Cisplatin 50 mg/m2 IV pada hari ke-2
a. Ifosfamide dan mesna
Pemberian mesna di gabungkan dengan ifosfamide, untuk mencegah toksisitas urotelial (hemorogik sistitis) yang dapat disebabkan metabolit acrolein dari obat.mesna diberikan pertama dalam bentuk bolus iv yang diikuti 18 jam infus mesna+ifosfamide., kemudian diikuti 8jam infus mesna saja. Penjadwalan ini didesain untuk memastikan jumlah mesna yang adekuat di saluran kemih pada periode akir ketika metabolit ifosfamid muncul di urine. Oleh karena itu infus mesna tidak boleh dipercepat untuk mempercepat terapi.
b. Bleomisin
Diberikan dalam 2L saline selama 24 jam. Infus jangka panjang meningkatkan efikasi dari obat ini. Pengurangan volume cairan yang diberikan tidak diizinkan, untuk menjaga prehidrasi pada terapi dengan cisplatin.
c. Cisplatin
Diberikan dalam infus 1L saline selama 2 jam, setelah prehidrasi dengan 2L salin ( dalam dosis bleomisin), dan diikuti post hidrasi yang intensif. Cisplatin bersifat nefrotoksik, hidrasi digunakan untuk melarutkan obat yang di ekskresikan lewat ginjal untuk meminimalkan toksisitas. Tujuan dari hidrasi ini untuk menjaga urine output 100ml/jam setelah 6-8 jam penggunaan cisplatin. Manitol diberikan untuk memastikan output urine tidak berkurang. Elektrolit ditambahkan untuk mengkompensasi efek cisplatin yang boros elektrolit.
(2) Lama siklus: 21 hari
(3) Jumlah siklus: 6
(4) Efek samping:
Penekanan pertumbuhan tulang (semua kimia darah terpengaruh), alopecia total, sistitis hemoragik yang dapat menyebabkan fibrosis saluran kemih, ensepalopati selama periode terapi, nefrotoksisitas, fibrosis paru, muntah (parah), neuropati saraf sensorik, motorik dan otonom (kadang bersifat irreversibel) termasuk potensi ototoksisitas, mukositis dan rigor.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2005, Penanggulangan Kanker Serviks dengan Vaksin HPV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
Anonim, 2006, Bahaya Kanker Serviks Bagi wanita, available at
http://www.kesrepro.info/.
Anonim, 2006, Kanker Leher Rahim, available at
http://id.medicastore.com/
Anonim, 2009, Kanker Leher Rahim, available at
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_leher_rahim
Anonym, 2009, Ca. Serviks, available at
http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/ca-serviks/
Anonym, 2009, Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita, available at
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html
Anonim, 2009, Kolposkopi, available at
http://onkologi.husadabunda.com/archives/3
Anonim, 2008, Gambaran Umum Kanker Serviks / Leher Rahim, available at
http://masdanang.co.cc/?p=13
Sjamsuddin, S., 2001, Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 133:10
Suwiyoga, I.K., 2006, Tes Human Papillomavirus Sebagai Skrining Alternatif Kanker Serviks, Cermin Dunia Kedokteran, 151: 29
Xavier Castellsagué, M.D., F. Xavier Bosch, M.D., Nubia Muñoz, M.D., Chris J.L.M. Meijer, Ph.D., Keerti V. Shah, Dr.P.H., Silvia de Sanjosé, M.D., José Eluf-Neto, M.D., Corazon A. Ngelangel, M.D., Saibua Chichareon, M.D., Jennifer S. Smith, Ph.D., Rolando Herrero, M.D., Victor Moreno, M.D., Silvia Franceschi, M.D , 2002, Male Circumcision, Penile Human Papillomavirus Infection, and Cervical Cancer in Female Partners, The New England Journal of Medicine, 346(15): 1105